Wednesday, December 6, 2017

PROYEK PENINGKATAN DAN PELEBARAN STRUKTUR JALAN BEUREUNUEN–BTS ACEH UTARA (APBN) PROVINSI ACEH STA 155 + 300 s/d STA 160 + 357





LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PROYEK PENINGKATAN DAN PELEBARAN STRUKTUR JALAN BEUREUNUEN–BTS ACEH UTARA (APBN) PROVINSI ACEH
STA 155 + 300 s/d STA 160 + 357


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kurikulum
Pada Semester VII Jurusan Teknik Sipil


Disusun oleh

                              Nama                          : Muhammad Ikhsan
                              Nim                             : 1322302059
Jurusan                      : Teknik Sipil
Program Studi           : DIV / Perancangan Jalan dan Jembatan



KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE

2016

BAB I
PENDAHULUAN

Jalan Beureuneun – Batas Aceh Utara adalah jalan lintas nasional yang perlu diadakan pelebaran dan peningkatan struktur jalan karena Mengingat ruas jalan yang tidak memadai lagi dengan lajur harian rata - rata kendaraan di daerah tersebut. Melihat badan jalan disekitarnya banyak yang telah hancur dan berlubang. Kerusakan jalan di setiap daerah yang menjadi urat nadi perekonomian khususnya di daerah Pidie – Aceh Utara, merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk memajukan bidang transportasi dan dapat menciptakan kegiatan baru dengan cepat, sehingga diantara pusat produksi dengan daerah pemasaran dapat berjalan dengan baik dan lancar. Menurut UU No. 9 TAHUN 1995 (9/1995) menerangkan “bahwa negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 melaksanakan Pembangunan Nasional yang bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Tujuan melakukan praktek kerja lapangan (PKL) adalah merupakan salah satu syarat kurikulum pada semester VII sekaligus untuk penambah pengalaman dan pemahaman bagi penulis sendiri.


1.1         Latar Belakang
Jalan raya merupakan salah satu prasarana transportasi, baik pembukaan jalan baru maupun rehabilitasi jalan raya yang telah ada, para pemakai jalan membutuhkan keamanan dan kenyamanan dalam mengendarai kendaraan. masalah kenyamanan erat hubungannya dengan keadaan permukaan jalan.

Pada pembangunan jalan Beureunuen – Batas Aceh Utara yang merupakan jalan arteri yang terletak di daerah dataran yang mempunyai lebar satu jalur dua lajur ke arah Barat dan ke arah Timur, jalan ini merupakan pembangunan jalan baru yang dahulunya belum baik sekarang menjadi lebih baik, proyek jalan ini dilaksanakan oleh Kontraktor PT Pelita Nusa Perkasa. Sasaran yang di harapkan setelah proyek ini selesai kegiatan masyarakat menjadi lebih dekat dari sebelumnya dan dapat membantu masyarakat di sekitar  ini dan setelah itu dapat meningkatkan jumlah lalu lintas sehingga peningkatan perekonomian daerah tersebut dapat dilayani.


1.2         Lokasi Proyek
Lokasi proyeknya yaitu pada Jalan Beureuneun – Bata Aceh Utara, jalan ini merupakan konstruksi jalan yang terletak di daerah dataran yang menghubungkan antara tiga kabupaten yaitu Pidie, Pidie Jaya dan Aceh Utara, jalan ini memiliki panjang jalan ± 17 Km dan lebar jalur 6 meter dengan lebar bahu adalah 2,5 m untuk setiap sisinya. Karena Keterbatasan waktu PKL penulis hanya meninjau pekerjaan sepanjang ± 5,057 Km.


1.3         Sumber Dana
Sumber dana pembangunan Jalan Beureuneun – Bata Aceh Utara tahun anggaran 2015 adalah berasal dari dana APBN dengan besarnya dana untuk pekerjaan ini adalah Rp.137.030.608.000.00, (Seratus Tiga Puluh Tujuh Milyar tiga Puluh Juta Enam Ratus delapan Ribu Rupiah). Data teknis proyek ini dapat dilihat pada lampiran Rencana Anggaran Biaya (RAB).


1.4         Tujuan Proyek
Dengan selesainya jalan Beureuneun – Bata Aceh Utara diharapkan dapat mempermudah jalur transportasi dan memperlancar arus lalu lintas di daerah tersebut, serta dapat mendorong perbaikan ekonomi dan tarif hidup masyarakat yang tadinya harus melalui jalan yang rusak dan berisiko terjadi kecelakaan sekarang dapat melalui jalan yang telah diperbaiki. Untuk  lebih jelasnya, tujuan pembangunan jalan Beureuneun – Bata Aceh Utara adalah :
v Memperlancar arus transportasi di daerah tersebut.
v Mendorong perbaikan ekonomi dan tarif hidup masyarakat.
v Memberikan kenyamanan kepada masyarakat dalam melakukan kegiatan bertransportasi.

1.5         Tujuan Praktek Kerja Lapangan ( PKL )
Praktek Kerja Lapangan berlangsung selama lebih kurang 6 (enam) minggu mulai tanggal 30 Juli sampai 28 September 2016.
Tujuan dari praktek kerja lapangan (PKL) adalah sebagai berikut:
v  Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program studi Diploma IV pada Politeknik Negeri Lhokseumawe.
v  Memperkenalkan kondisi lapanngan kerja yang sebenarnya kepada mahasiswa/i sehingga mudah dalam menghadapi suatu masalah dalam pekerjaan.
v  Dapat meningkatkan rasa percaya diri dan melatih kemampuan dalam berkomunikasi dan beradaptasi dalam lingkungan kerja tersebut.
v  Dengan adanya PKL maka diharapkan mahasiswa/i  dapat memperoleh masukan guna untuk menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan.
v  Melatih kedisiplinan, mental, kreatif, dan ketelitian mahasiswa/i dalam melakukan pekerjaan.
v  Memberikan  kesempatan bagi mahasiswa/i untuk dapat mempraktekan teori yang telah diperoleh pada bangku perkuliahan.

v  Mempererat hubungan kerja sama yang baik antara Politeknik Negeri Lhokseumawe dengan istansi –  instansi pemerintah maupun swasta.

BAB II
GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN PROYEK

Untuk kelancaran suatu proyek, baik proyek berskala besar maupun berskala kecil, perlu adanya pembagian tugas menurut fungsinya masing-masing. Pembagian tugas ini disusun dalam suatu organisasi yang menunjukkan tugas dan wewenang yang saling berkaitan dan saling bertanggung jawab atas tugas yang diberikannya, sehingga pelaksanaan proyek tersebut akan terlaksana sesuai dengan jadwal pelaksanaan (time schedule) yang direncanakan.

Mutu proyek pun dapat lebih terjamin dengan adanya pembagian – pembagian tugas yang harus dikerjakan di lapangan. Maka dari itu pembagian struktural organisasi proyek harus benar-benar diperhatikan.

2.1         Struktur Organisasi Proyek Peningkatan Dan Pelebaran Struktur Jalan Beureunuen – Bts Aceh Utara (APBN)
Dalam pelaksanaan proyek pembangunan jalan Beureuneun – Batas Aceh Utara telah dibentuk struktur organisasi yang berhubungan kerja sama antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya kerja sama yang baik maka akan tercapai hasil yang baik pula, sesuai dengan perencanaan yang telah diterapkan demi menjamin pembangunan proyek tersebut. Lebih jelasnya struktur organisasi pada proyek pembangunan jalan Beureuneun – Batas Aceh Utara ini dapat dilihat pada lampiran proyek. Adapun unsur – unsur yang terlibat dalam pelaksanaan proyek ini adalah :
a.    Pemilik Proyek (Owner).
b.    Perencana Proyek (Konsultan).
c.    Pengawas Proyek (Supervisi).
d.   Pelaksana Proyek (Kontraktor).

2.1.1   Pemilik Proyek (Ownwer)
Pemilik proyek merupakan sebuah “lembaga yang memiliki dan mempunyai wewenang sebagai pemberi tugas, baik dia berupa badan pemerintah, swasta ataupun perseorangan”(Wulfram I.Ervianto, 2005).
Pemilik proyek ini adalah Dinas Bina Marga Provinsi Aceh. Dalam melaksanakan kegiatan ini Kepala Dinas Bina Marga menunjukkan seorang Pimpro. Adapun tugas dan tanggung jawab pimpinan proyek adalah :
a.    Mengolah, mengurus, merencanakan dan mengawasi pembangunan serta memelihara bangunan yang sudah dulu lebih ada;
b.    Mengatur pelaksanaan pekerjaan bagian proyek;
c.    Membuat tender;
d.   Memutuskan pemenang tender yang akan melaksanakan pembangunan;
e.    Melakukan ikatan perjanjian kontrak dengan pihak pelaksana proyek;
f.     Mengawasi pelaksanaan operasional sehingga proyek berjalan dengan lancar;
g.    Bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan dan penyelesaian proyek sesuai dengan rencana (mutu pekerjaan) serta tepat waktunya.

2.1.2   Perencana Proyek (Konsultan)
Perencana adalah “suatu badan yang bergerak dalam bidang perencanaan konstruksi dan menerima tugas dar pemilik proyek untuk membuat perencanaan dari suatu konstruksi tertentu” (Wulfram I.Ervianto, 2005).
Dalam  proyek ini konsultan perencana dipegang langsung oleh PT. Arcende. Adapun tugas dan tanggung jawab dari perencana adalah:
a.    Membuat uraian tentang maksud dan tujuan dari perencana proyek.
b.    Mengadakan survey dilapangan.
c.    Membuat gambar rencana dan detailnya.
d.   Menghitung rencana anggaran biaya (RAB).
e.    Mempersiapkan seluruh dokumen proyek yang berisikan syarat–syarat umum, bestek, daftar dan bahan perkiraan waktu dan pelaksanaan proyek.        
2.1.3   Pengawas Proyek (Supervisor)
Konsultan pengawas (supervisor) adalah “pejabat proyek yang ditunjuk dan diberi kekuasaan penuh oleh pemilik proyek untuk mengawasi dan mengarahkan pelaksanaan pekerjaan dilapangan” (Wulfram I.Ervianto, 2005).
Dalam proyek ini untuk konsultan pengawas dipegang langsung oleh PT. Perentjana Djaja. Adapun tugas dan tanggung jawab dari konsultan pengawas adalah:
a.    Mengawasi atau mengkoordinasi pelaksanaan dilapangan;
b.    Mengawasi lajunya pekerjaan konstruksi dari segi kualitas dan kuantitas bahan bangunan dan pelaksanaannya;
c.    Mengawasi pekerjaan sesuai denga time schedule program kerja yang telah disetujui;
d.   Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan mengenai kemajuan proyek;
e.    Membuat laporan kemajuan pekerjaan.

2.1.4   Pelaksana Proyek (Kontraktor)
Pelaksana merupakan “suatu badan resmi yang bergerak dibidang konstruksi sesuai dengan keahliaanya dan telah melakukan ikatan kontrak dengan pemilik proyek” (Wulfram I.Ervianto, 2005).
Pelaksana pekerjaan pada proyek Jalan Beureunuen – Batas Aceh Utara ini adalah PT Pelita Nusa Perkasa.
Adapun tugas dan tanggung jawab dari pelaksanaan adalah :
a.    Mengerjakan tiap jenis pekerjaan sesuai deng bestek dan gambar kerja.
b.    Menyediakan sarana penunjang untuk kelancaran pelaksanaa proyek.
c.    Melaporkan tentang segala hal pelaksanaan, tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan sebagainya.
d.   Menyediakan pekerjaan tepat pada waktu yang telah disetujui dalam perjanjian kontrak.
e.    Mengadakan perawatan selama proyek tersebut msih dalam tanggung jawab pelaksana.
f.     Melunasi pajak-pajak yang menyangkut dengan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak.

2.2         Cara Penunjukan Pekerjaan
Cara penunjukan pekerjaan adalah melalui proses tender (pelelangan). Pelelangan dimaksudkan untuk mengadakan persaingan yang sehat diantara rekanan dalam mengajukan harga penawaran terhadap yang dilelang. Dalam   mengajukan penawaran peserta harus mengetahui dan mempelajari dokumen lelang termasuk adendumnya, kantor dan lapangan serta mengetahui keadaan disekitar proyek yang akan dikerjakan.

2.3         Hubungan Kerja Antara Unsur-unsur Pelaksana Proyek
Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka perlu adanya hubungan kerja yang cukup baik antara keempat unsur Organisasi yang berperan dalam pekerjaan tersebut. Hubungan ini dapat dilihat dalam dua kedudukan, yaitu:
a.    Kedudukan masing – masing pihak secara teknis.
b.    Kedudukan masing – masing pihak secara hukum.

2.3.1   Kedudukan Masing – Masing Pihak Secara Teknis
Secara teknis masing-masing pihak mempunyai kedudukan yang sama dan terikat sehingga pekerjaan yang disepakati dapat dilaksanakan sesuai rencana kedudukan masing-masing pihak secara teknis diperlihatkan pada gambar dibawah ini:







Pemilik proyek (Pimpro) / Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Pimpipinan bagian proyek (Pimbagpro) / Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK)
Perencanaan
(Konsultan perencana)
Pengawas
(Suvervisi)
Pelaksana
(Kontraktor)
 














            Keterangan :
                                               = Jalur Konsultasi
                                               = Jalur Komando atau Jalur Perintah
            (sumber : Wulfram I.Ervianto, 2005)
Gambar 2.1 Skema Hubungan Kerja Secara Teknis

Dalam melaksanakan tugasnya pimpinan proyek dibantu oleh pengawas. Masalah yang berhubungan dengan segi teknis dilapangan ditangani sepenuhnya oleh pengawas dan menyampaikan kepada pimpinan proyek mengenai kegiatan dilapangan dan hal lainnya yang berhubungan dengan proyek.
Pada pelaksanaannya pengawas berkuasa penuh untuk menegur kontraktor bila pekerjaan yang dilaksanakan menyimpang dari ketentuan yang ada. Apabila teguran direksi, baik secara lisan maupun tulisan tidak di indahkan oleh kontraktor maka direksi dapat menghentikan seluruh pekerjaan.
Perencana tidak dapat menegur atau memerintah secara langsung setiap pekerjaan tanpa melalui pengawasan hal ini disebabkan karena antara perencanan dengan kontraktor tidak ada hubungan kerja, sedangkan antara pengawas dengan perencana ada garis konsultasi.

2.3.2   Kedudukan Masing – Masing Pihak Secara Hukum
Secara hukum masing-masing pihak mempunyai kedudukan yang sama dan terikat kontrak sehingga pekerjaan yang telah disepakati dapat terlaksana sesuai rencana. Kedudukan masing-masing pihak secara teknis dapat diperhatikan pada gambar dibawah ini :
 



       



        (sumber : Wulfram I.Ervianto, 2005)                 
Gambar 2.2  Skema Hubungan Secara Teknis
   Pada gambar terlihat pemilik proyek yang bertindak selaku pemberi  dan pengatur jalannya proyek demi keberhasilan dan kelancaran pekerjaan. Melalui pimpinan proyek ini diadakan perjanjian atas nama pemilik proyek dengan pihak perencana pengawas dan pelaksana.
Pemilik atau pimpinan proyek, pengawas dan pelaksana mempunyai kedudukan yang sama secara hukum. Masing – masing pihak melaksanakan tugas sesuai dengan kedudukan serta wewenangnya masing-masing, dan tidak boleh menyimpang dari jalur teknis, sehingga tidak ada pihak yang harus disalahkan atau dirugikan.

2.4         Pelaksanaan Pekerjaan
Pihak kontraktor melangsungkan aktivitasnya dilapangan apabila telah menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK),ini dikeluarkan oleh Dinas Bina Marga Kabupaten Aceh Timur.
Jam kerja pada proyek pembagunan jalan Beureuneun – Batas Aceh Utara adalah sebagai berikut:
a.              Pagi hari mulai pukul 08.00 Wib s/d 12.00 Wib.
b.              Istirahat mulai pukul 12.00 Wib s/d 14.00 Wib.
c.              Siang hari mulai pukul 14.00 Wib s/d 17.00 Wib.


2.5     Ruang Lingkup Pekerjaan Proyek
Secara umum suatu pekerjaan terdiri dari beberapa pekerjaan yang berbeda baik dari alat yang digunakan maupun jumlah tenaga kerja. Penentuan kelancaran suatu pekerjaan proyek sangat berpengaruh dengan pengaturan langkah-langkah kerja untuk setiap jenis pekerjaan.Dengan adanya pengaturan langkah-langkah kerja tersebut maka peralatan yang digunakan sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.Ruang lingkup pekerjaan yang dilakukan pada proyek Peningkatan dan Pelebaran Struktur Jalan Beureuneun – Batas Aceh Utara, pekerjaannya meliputi :
a.    Umum
b.    Drainase
c.    Pekerjaan tanah
d.   Pelebaran Perkerasan dan bahu jalan
e.    Perkerasan berbutir
f.     Perkerasan aspal
g.    Struktur
h.    Pengembalian kondisi dan pekerjaan minor

a.             Umum
·         Mobilisasi Mobilisasi dan Demobilisasi
Pekerjaandmobilisasimdalammpelaksanaanmproyek Peningkatan dan Pelebaran Struktur Jalan Beureuneun – Batas Aceh Utara meliputi penyedian fasilitas kontraktor seperti:
a.       Menyewa tanah untuk base camp, kantor, barak, bengkel, dan gudang;Menyewa dan mendatangkan peralatan yang dibutuhkan ke lokasi proyek dan mengembalikannya setelah seluruh pekerjaan selesai;
b.      Mendatangkan personil sesuai dengan kebutuhan dan persetujuan direksi;
c.       Menyiapkan laporan–laporan sesuai dengan yang diisyaratkan serta gambar – gambar pelaksanaan.

b.                  Drainase
Drainase atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air, Saluran drainase sering kali dirujuk sebagai drainase saja karena secara teknis hampir semua drainase terkait dengan pembuatan saluran. Saluran drainase permukaan biasanya berupa parit, sementara untuk bawah tanah disebut gorong-gorong di bawah tanah

c.                   Pekerjaan Tanah
·         Galian biasa
Pekerjaan galian biasa adalah pekerjaan kecil yang mencakup dalam galian Struktur yang dibatasi oleh bidang horizontal seluas bidang dasar pondasi melalui titik terendah dari permukaan tanah asli.

·         Galian struktur
Pekerjaan  galian struktur,yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi oleh bidang-bidang. Bidang atas adalah bidang horizontal seluas bidang dasar pondasi yang melalui titik terendah dari permukaan tanah asli. Di atas bidang horizontal ini galian tanah diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai dengan sifatnya. Sedangkan bidang bawah adalah bidang pondasi dan
bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi

·         Timbunan biasa
·         Timbunan pilihan
·         Pembersihan dan pengupasan lahan


d.                  Pekerjaan Perkerasan dan Bahu Jalan
            Pekerjaan pembetukan bahu jalan yang meliputi, pekerjaan lapis  pondasi dengan menggunakan agregat kelas B dengan ketebalannya 20 cm dan lebar bahu jalan 1 m untuk sisi kiri dan kanan bahu jalan yang di padatkan dengan menggunakan vibratory compactor roller.

e.                   Pekerjaan Perkerasan Berbutir
            Pada Proyek ini pekerjan perkerasan berbutir meliputi pekerjaan lapisan pondasi bawah (LPA) dan lapisan pondasi atas (LPB), adapun hal-hal yang perlu di lakukan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:

·         Lapis Pondasi Atas (LPA)
            Material untuk lapisan pondasi atas menggunakan agregat kelas A dengan tebal 15 cm. Dimana campuran telah disiapkan di quarry PT Hananan Prakasa antara campuran agregat kasar dan halus menurut proporsi masing-masing dan diangkut kelokasi kerja dengan menggunakan dump truck. Untuk pekerjaan penghamparan dilakukan dengan motor grader, hamparan agregat dibasahi dengan water tank truck sebelum dilakukan pergetaran dan pemadatan dengan vibrator roller yang di siram dengan menggunakan water tank sampai memenuhi kepadatan sesuai dengan spesifikasi teknis.

 








(Sumber : Spesifikasi Teknis Pembangunan Jalan dan Jembatan, 2010)

·         Lapis pondasi bawah (LPB)
            Material untuk lapisan pondasi bawah menggunakan agregat kelas B dengan tebal 20 cm. Dimana campuran telah disiapkan di quarry PT Hananan Prakasa antara campuran agregat kasar dan halus menurut proporsi masing-masing dan diangkut kelokasi kerja dengan menggunakan dump truck. Untuk penghamparan dilakukan dengan motor grader, hamparan agregat dibasahi dengan water tank truck  supaya tidak terjadi nya masalah pada waktu di lakukan pekerjaan lain selanjutnya dilakukan pergetaran dan pemadatan dengan vibrator roller sampai memenuhi kepadatan sesuai dengan spesifikasi teknis.
 









           
(Sumber : Spesifikasi Teknis Pembangunan Jalan dan Jembatan, 2010)

f.                   Perkerasan Aspal
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan intuk melayani beban lalu lintas.Agregat yang dipakai adalah batu pecah atau batu belah atau batu kali ataupun bahan lainnya.Bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah liat.
Menurut Bina Marga (2007), Aspal beton merupakan campuran yang homogen antara  agregat (agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi atau filler) dan aspal sebagai bahan pengikat  yang mempunyai gradasi  tertentu, dicampur, dihamparkan dan dipadatkan pada suhu tertentu untuk menerima beban lalu lintas yang tinggi.
Aspal beton terdiri atas 3 (tiga) macam lapisan, yaitu Laston Lapis Aus  ( Asphalt Concrete- Wearing Course atau AC-WC), Laston Lapis Permukaan Antara (Asphalt Concrete- Binder Course atau AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi ( Asphalt Concrete- Base atau AC-Base). Ketebalan nominal minimum masing-masing 4 Cm, 5 Cm, dan 6 Cm.
(Sumber : https://dwikusumadpu.wordpress.com)
·         Asphalt Concrete – Wearing Course (AC-WC)
Asphalt Concrete - Wearing Course merupakan lapisan perkerasan yang terletak paling atas dan berfungsi sebagai  lapisan aus. Walaupun bersifat non struktural, AC-WC dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan .

·         Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC)
Lapisan ini merupakan lapisan perkerasan yang terletak dibawah lapisan aus (Wearing Course) dan di atas lapisan pondasi  (Base Course). Lapisan ini tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi harus mempunyai ketebalan dan kekauan yang cukup untuk mengurangi tegangan/regangan akibat beban lalu lintas yang akan diteruskan  ke lapisan di bawahnya  yaitu Base dan Sub Grade (Tanah Dasar). Karakteristik yang terpenting pada campuran ini adalah stabilitas.

·         Asphalt Concrete – Base (AC-Base)
Lapisan ini merupakan perkerasan yang terletak di bawah lapis pengikat (AC- BC), perkerasan tersebut  tidak berhubungan  langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas untuk menahan beban lalu lintas yang disebarkan melalui roda kendaraan.  Perbedaan terletak pada jenis gradasi agregat dan kadar aspal yang digunakan. Menurut Departemen Pekerjaan Umum  (1983)  Laston Atas atau lapisan pondasi atas ( AC- Base) merupakan pondasi perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Lapis Pondasi (AC- Base ) mempunyai fungsi memberi dukungan lapis permukaan; mengurangi regangan dan tegangan; menyebarkan dan meneruskan beban konstruksi jalan di bawahnya (Sub Grade).
Lapisan perkerasan lentur adalah perkerasan yang memanfaatkan aspal sebagai bahan pengikat.Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan meyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.yang telah dipadatkan. Aspal beton campuran panas merupakan salah satu jenis lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur.Jenis perkerasan ini merupakan campuran homogen antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu. Berdasarkan fungsinya  aspal beton dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.      Sebagai lapis permukaan yang tahan terhadap cuaca, gaya geser dan tekanan roda serta memberikan lapis kedap air yang dapat melindungi lapis dibawahnya dari rembesan air.
2.      Sebagai Lapis Pondasi atas.
3.      Sebagai Lapis pembentuk pondasi, jika dipergunakan pada pekerjaan peningkatan dan pemeliharaan jalan.
Sesuai fungsinya maka lapis aspal beton atau perkerasan lentur mempunyai kandungan agregat dan aspal yang berbeda. Sebagai lapis pondasi, maka kadar aspal yang dikandungnya haruslah cukup sehingga dapat memberikan lapis yang kedap air. Agregat yang dipergunakan agak kasar jika dibandingkan dengan aspal beton yang berfungsi sebagai lapis aus atau lapisan permukaan.

g.                  Pekerjaan  Struktur
Sebelum pekerjaan struktur dilaksanakan, kontraktor harus mengetahui bahan-bahan apa yang harus dipakai dan diterapakan sesuai dengan peraturan dan kesepakatan dari pihak yang berwenang, pekerjaan struktur pada pekerjaan jembatan yang berkaitan lansung yaitu mulai dari pondasi sampai plat lantai.

h.                 Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor
·         Pengembalian Kondisi
            Pekerjaan ini meliputi pemeliharaan jembatan setelah selesai dibangun dan biaya untuk jembatan pada pembuatan pertama. Untuk jembatan dalam masa perbaikan juga dibutuhkan pemeliharaan dan hanya dilaksanakan pengembalian kondisi perkerasan yang telah rusak seperti terjadi lubang-lubang besar, atau terjadi keriting (corrugation) pada permukaan perkerasan, terjadi retak – retak lebar, retak struktural atau retak kecil yang menjalar, atau menunjukkan bukti bahwa tanah dasarnya melemah seperti gembur atau deformasi yang besar. Pengembalian kondisi struktural jembatan yang lama yang berada di dalam batas-batas fisik kontrak. 

·         Pekerjaan Minor
            Pekerjaan pemotongan pohon atau pembersihan awal pekerjaan dilakukan untuk kemudahan dan kelancaran pelaksanaan proyek, pekerjaan ini tidak boleh melebihi daerah yang telah ditentukan. Pada dasarnya pekerjaan ini dari pengambilan keputusan awal pada survey mobilisasi.
2.6              Quality Control (QC)
2.6.1        Sandcone
Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan tanah adalah kepadatan lapangan ( = berat isi kering). Karena walaupun nilai CBR telah memenuhi standar, namun jika kepadatan lapisannya masih belum baik, maka deformasi akibat konsolidasi masih dapat terjadi dan penyebaran beban ke lapis tanah di bawahnya akan menjadi kurang baik, serta berpotensi terjadi konsentrasi tegangan pada bagian tertentu dalam lapisan tanah tersebut yang dapat mengakibatkan kegagalan lapis tanah dasar pondasi secara keseluruhan.

Pengujian sandcone hanya dapat dilakukan dan dipakai hasilnya untuk material yang ukutan agregat maksimumnya 5 cm.

2.6.2        Tes Pit
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui susunan lapis tanah, ketebalan lapisan dan juga jenis tanah sampai kedalaman tertentu.

2.7              Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di  darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

2.8              Quantity Engineer (QE)
Quantity Engineer  tugas utamanya harus menjamin bahwa metoda pelaksanaan pekerjaan kontraktor dilapangan sesuai dengan ketentuan yang ada, dan cara pengukuran kuantitas hasil pekerjaan kontraktor sesuai dengan ketentuan dalam dokumen kontrak.

2.8.1        Tugas dan Tanggung Jawab
·         Quantity Engineer  tugas utamanya harus menjamin bahwa metoda pelaksanaan pekerjaan kontraktor dilapangan sesuai dengan ketentuan yang ada, dan cara pengukuran kuantitas hasil pekerjaan kontraktor sesuai dengan ketentuan dalam dokumen kontrak.
·         Melakukan pengawasan di lapangan secara terus menerus pada semua lokasi pekerjaan konstruksi yang sedang dilaksanakan, dan memberitahu dengan segera kepada Site Engineer tentang semua pekerjaan yang tidak memenuhi/sesuai dokumen kontrak.
·         Semua hasil pengamatan tersebut dilaporkan secara tertulis kepada Site Engineer pada hari itu juga.
·         Secara terus menerus mengawasi, membuat catatan dan memeriksa semua hasil pengukuran, perhitungan kuantitas dan sertiflkat pembayaran serta menjamin bahwa pembayaran terhadap kontraktor sudah benar dan sesuai dengan ketentuan dalam dokumen kontrak.
·         Bersama-sama kontraktor setiap hari membuat ringkasan/risalah tentang kegiatan konstruksi, keadaan cuaca, pengadaan material, jumlah dan keadaan tenaga kerja, peralatan yang digunakan, jumlah pekerjaan yang telah diselesaikan, pengukuran dilapangan, Kejadian-kejadian khusus dan sebagainya dengan menggunakan formulir laporan standar (Laporan Harian) yang harus diserahkan/dikirim kepada Site Engineer dan Satuan Kerja Fisik tiap hari setelah selesai kerja.
·         Melakukan pengawasan dilapangan secara terus menerus terhadap semua pekerjaan harian (day work), termasuk membuat catatan mengenai peralatan, tenaga kerja dan bahan-bahan yang digunakan kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan harian tersebut.
·         Mengevaluasi prosedur kerja yang diajukan oleh Kontraktor dan evaluasi hasil pekerjaan (performa pekerjaan) dilapangan.
·         Membantu Site Engineer mengadakan pengukuran akhir secara keseluruhan dari bagian pekerjaan yang telah diselesaikan yang mutunya memenuhi syarat.
BAB III
KEGIATAN YANG DIIKUTI PADA PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Selama melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada proyek pembangunan Jalan Beureunuen – Batas Aceh Utara, terhitung dari tanggal 30 Juli sampai 28 September 2016 kegiatan proyek yang dapat penulis ikuti selama PKL berlangsung antara lain :
·         Manajemen dan Keselamatan Lalu lintas
·         Pengamanan Lingkungan Hidup
·         Galian Biasa
·         Timbunan Pilihan
·         Pekerjaan Lapisan Pondasi Bawah (LPB)
·         Pekerjaan Lapisan Pondasi Atas (LPA)

3.1              Manajemen dan Keselamatan Lalu lintas
Manajemen dan keselamatan lalu lintas pada proyek ini menurut pengamatan penulis sudah cukup memadai. Salah satunya dengan cara menyewa petugas/personil dari kepolisian lalu lintas sebanyak 2 orang dan juga dibantu oleh petugas lalu lintas khusus dari proyek. Walaupun sudah ada petugas lalu lintas pelaksana proyek tersebut juga menempatkan rambu-rambu pembatas jalan untuk mencegah para pengendara masuk ke dalam bekas galian yang belum dihamparkan dengan material.

3.2              Pengamanan Lingkungan Hidup
Salah satu pengamanan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pelaksana proyek  tersebut adalah dengan menyambung kembali/mengganti pipa yang patah akibat penggalian yang dilakukan oleh excavator. Penyambungan terhadap pipa langsung dilakukan tanpa dibiarkan satu atau dua hari terlebih dahulu. Ini disebabkan karena mengingat bahwa pipa yang patah tersebut adalah pipa PDAM yang pergunakan untuk menyalurkan air bersih bagi masyarakat.

3.3              Galian Biasa
·         Peralatan
a.       Excavator (1 unit)
            Excavator adalah alat berat yang biasa digunakan dalam industri konstruksi, pertanian atau perhutanan. Mempunyai belalai yang terdiri dari dua tungkai; yang terdekat dengan body disebut boom dan yang mempunyai bucket (ember keruk) disebut dipper.Ruang pengemudi disebut House - terletak diatas roda (trackshoe), dan bisa berputar arah 360 derajat.

b.      Dum truck (4 unit)
Dump truck digunakan untuk mengangkut material dari base camp ke lokasi pekerjaan proyek.

·         Tenaga Kerja
a.       Operator excavator (1 orang)
b.      Sopir Dum truck (4 orang)
c.       Pihak Konsultan
d.      Tenaga Kerja (3 orang)
·         Metode Pelaksanaan
Pekerjaan penggalian dilaksanakan setelah pemasangan bownplank dalam hal ini penentuan kedalaman galian tanah yang digali oleh excavator langsung dimuat ke dump truck, kemudian diangkut ke quarry untuk dicampur sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.


3.4              Timbunan Pilihan
·         Peralatan
a.      Whel Loader (1 unit)
Whel Loader adalah alat berat yang biasa digunakan untuk memuat material ke dalam dump truck.

b.      Dum truck (4 unit)
Dump truck digunakan untuk mengangkut material dari base camp ke lokasi pekerjaan proyek.

c.       Motor grader (1 unit)
Motor grader adalah alat yang digunakan pada pekerjaan peralatan dan pembentukan tanah.

d.      Vibrator compactor roller (1 unit)
BW211D-40 dengan berat saat diam lebih kurang 8 ton dan 25 ton saat bergetar. Efek yang diakibatkan oleh getaran adalah gaya dinamis terhadap tanah, butir tanah cenderung mengisi bagian-bagian yang kosong yang terdapat diantara butir-butirnya sehingga tanah mejadi padat dan kompak.

·         Tenaga Kerja
a.       Operator Whel Loader (1 orang)
b.      Operator Vibrator compactor roller (1 0rang)
c.       Sopir Dum truck (4 orang)
d.      Pihak Konsultan
e.       Operator Motor grader(1 orang)
f.       Tenaga Kerja (3 orang)

·         Metode Pelaksanaan
Setelah material dicampur maka whel loader akan memuat kedalam dump truck untuk diangkut ke lapangan. Setelah material tiba dilapangan kemudian diturunkan. Maka setelah itu motor grader akan menghamparkan material tersebut. Setelah material dihamparkan dengan ketebelan tertentu maka vibrator roller akan menggetarkan material dengan tujuan material tersebut mencapai kepadatan yang ditetapkan.


3.5              Pekerjaan Lapisan Pondasi Bawah (LPB)
Pekerjaan perkerasan dilakukan setelah lapisan subgrade mencapai kualitas/kepadatan alat yang diizinkan. Setelah pembentukan permukaan badan jalan sesuai dengan kemiringan rencana yaitu sebesar 3 % dan kemiringan bahu jalan 3 % yang telah di rencankan pada gambar pekerjaan, maka selanjutnya akan dilanjutkan dengan pekerjaan perkerasan lapis pondasi bawah.
Material untuk lapisan pondasi bawah menggunakan agregat kelas B dari hasil design mix dengan tebal 20 cm. Untuk penghamparan dilakukan dengan motor grader, hamparan agregat dibasahi dengan water tank truck selanjutnya dilakukan pemadatan dengan vibrator roller sampai memenuhi kepadatan sesuai dengan spesifikasi teknik, dan untuk perapian akan dikerjakan sekelompok orang dengan menggunakan alat bantu dan material yang digunakan harus material yang bagus supaya jalan tersebut menjadi lebih baik (Spesifikasi Teknis Pembangunan Jalan dan Jembatan, 2010).

·         Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan perkerasan lapis pondasi bawah adalah sebagai berikut :

a.       Wheel Loader (1 unit)
Wheel loader adalah alat yang digunakan untukmencampuran dan memuat agregat kedalam dump truck

b.      Dump truck (8 unit)
Merek Fuso 8 unit dengan kapasitas 20 m3, Dump truck digunakan untuk mengangkut material dari quarry PT Hananan Prakasa ke lokasi pekerjaan proyek.

c.       Motor grader (1 unit)
Motor grader adalah alat yang digunakan pada pekerjaan peralatan dan pembentukan tanah. Motor yang digunakan pada pekerjaan ini panjang bladenya 2,5 m.
d.      Vibratory compactor roller (1 unit)
            BW211D-40 dengan berat saat diam (tidak bergetar) 8 ton dan 24 ton saat bergetar.Vibratory compactor roller adalah alat yang digunakan untuk pemadatan, pada proyek jalan digunakan pekerjaan pemadatan lapisan pondasi bawah dan atas. Efek yang diakibatkan oleh getaran adalah gaya dinamis terhadap tanah, butir tanah cenderung mengisi bagian-bagian yang kosong yang terdapat diantara butir-butirnya sehingga tanah mejadi padat dan kompak.

e.       Water Tank Truck (1 unit)
Merek mitsubishi dengan kapasitas lebih kurang 5000 liter air. Water Tank Truck berfungsi atau bekerja sebagai alat penyiraman berupa air pada pekerjaan lapisan pondasi bawah, lapisan pondasi atas dan laston

·         Volume Pekerjaan Bahu Jalan ( LPB)
Tebal gembur   LPB     = 25 cm           = 0,25 m         
Tebal rencana  LPB     = 20 cm           = 0,20 m
Lebar bahu jalan          = 2,5 m x 2      = 5 m
Panjang jalan               = 5.057 m
Maka,
V         = P x L x T
= 5.057 m x 5 m x 0,20 m
          = 5.057 m³
Volume gembur untuk tiap 1 m badan jalan               = 1 m x 0.25 m x 5 m                                                                                                  = 1,25
Volume gembur untuk tiap 500 m badan jalan           = 500 m x 0.25 m x 5 m                                                                                              = 625 m³
Volume gembur keseluruhan untuk badan jalan         = 5057m x 0.25 m x 5 m                                                                                             = 6321,25 m³
Volume rencana untuk tiap 1 m badan jalan               = 1 m x 0.20 m x 5 m                                                                                                  = 1 m³
Volume rencana untuk tiap 500 m badan jalan           = 500 m x 0.20 m x 5 m                                                                                              = 500 m³
Volume rencana keseluruhan untuk badan jalan         = 5057 m x 0.20 m x 5 m                                                                                            = 5.057 m³
Jadi volume material agregat B untuk bahu jalan dalam keadaan gembur yang di butuhkan untuk LPB pada Proyek Peningkatan dan Pelebaran Struktur  Jalan Beureunuen – Batas Aceh Utara sepanjang 5,057 km adalah 5.057 m³.

·         Material Kontruksi
Material yang dipergunakan untuk perkerasan lapis pondasi bawah adalah agregat kelas B, yang diangkut dari quarry PT Hananan Prakasa yang terletak pada jarak 64,3 km dari lokasi proyek. Tebal lapisan pondasi bawah ( rencana) untuk bahu dan badan jalan adalah 20 cm . Fungsi dari Lapisan pondasi bawah adalah :
a.       Untuk mencegah lapisan tanah dasar naik ke permukaan LPA
b.      Sebagai lapisan peresap
c.       Lapisan perkerasan pertama

·         Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pelebaran perkerasan lapis pondasi bawah sebanyak 18 orang. Diantaranya sebagai berikut :
a.       Surveyor (1 orang)
b.      Pihak Konsultan Supervisi (1 orang)
c.       Pekerja (4 orang)
d.      Operator motor grader (2 orang)
e.       Operator vibratory compactor roller (2 orang)
f.       Supir (8 orang)
·         Metode Pelaksanaan
a.       Setelah pekerjaan penimbunan tanah dasar dilakukan pekerjaan perkerasan, pekerjaan tersebut mulai dari Lapisan Pondasi bawah(LPB) sampai pekerjaan selanjutnya, pekerjaan lapisan pondasi bawah di lakukan penurunan material terlebih dahulu.
b.      penurunan material dilakukan dengan cara menuangkan material dari Dump Truk, 1 DT = 20 m³, penurunan material di lakukan secara sejajar per lajur.
c.       penghamparan material dilakukan sekali jalan yang di lakukan secara per lajur supaya tidak mengganggu dengan pengendara pengguna jalan, penghamparan di lakukan dengan menggunakan Motor Grader yang diatur sesuai dengan blade nya 2,5 m, proses penghamparan ini dilakukan secara per lajur supaya tidak terganggu dengan pengendara di daerah jalan tersebut, pekerjaan ini di lakukan hingga membentuk badan jalan.
d.      Setelah di hampar dilakukan Pemadatan lapisan dilaksanakan mulai dari tepi, overlapterhadap bahu jalan supaya material tidak lepas dari permukaan jalan dan dilanjutkan ke tengah sejajar denganas jalan.
e.       Setelah dipadatkan  kemudian disirami air dengan menggunakan mobil water tank 5000 Liter, supaya semua lapisan akan saling mengisi dan menjadi lebih padat.
f.       Setelah penyiraman selesai, kemudian dipadatkan menggunakan  vibrator roller.

·         Quality Control
            Setelah pemadatan Lapisan Pondasi Bawah dilakukan, Kemudian tahap selanjutnya di lakukan pengujian Sand Cone. Untuk mencapai nilai kepadatan CBR 100% yang dilakukan dengan cara menentukan isi tabung pasir, menentukan berat isi pasir, menentukan berat pasir dalam corong dan menetukan berat isi tanah.
            Apabila setelah dikalkulasikan kepadatan yang didapat tidak mencapai 100% maka harus dilakukan pemadatan ulang beserta penyiraman.

3.6              Pekerjaan Lapisan Pondasi Atas (LPA)
Setelah pembentukan permukaan badan jalan sesuai dengan kemiringan rencana yaitu sebesar 2 % dan kemringin bahu 4 % dari gambar rencana, maka selanjutnya akan dilanjutkan dengan pekerjaan perkerasan lapisan pondasi atas.
Penghamparan akhir LPA sampai ketebalan 0,15 m dan kemiringan melintang jalan yang diminta harus 2 % dari centre line kiri kanan lebarnya 6 m dan bahu kiri kanan 2 m setelah penghamparan dan pembentukan akhir, masing-masing lapisan harus dipadatkan sampai lebar penuh lapisan pondasi bawah perkerasan, dengan menggunakan mesin gilas roda baja atau mesin gilas roda pneumatic tire roller atau peralatan pemadat lain yang disetujui  oleh Direksi Teknik  (Spesifikasi Teknis Pembangunan Jalan dan Jembatan, 2010).

·         Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan perkerasan lapis pondasi bawah adalah sebagai berikut :
a.       Wheel Loader (1 unit)
Wheel loader adalah alat yang digunakan untukmencampuran dan memuat agregat kedalam dump truck

b.      Dump truck (8 unit)
Merek Fuso 8 unit dengan kapasitas 20 m3, Dump truck digunakan untuk mengangkut material dari quarry PT Hananan Prakasa ke lokasi pekerjaan proyek.

c.       Motor grader (1 unit)
Motor grader adalah alat yang digunakan pada pekerjaan peralatan dan pembentukan tanah. Motor yang digunakan pada pekerjaan ini panjang bladenya 2,5 m.

d.      Vibratory compactor roller (1 unit)
            BW211D-40 dengan berat saat diam (tidak bergetar) 8 ton dan 24 ton saat bergetar.Vibratory compactor roller adalah alat yang digunakan untuk pemadatan, pada proyek jalan digunakan pekerjaan pemadatan lapisan pondasi bawah dan atas. Efek yang diakibatkan oleh getaran adalah gaya dinamis terhadap tanah, butir tanah cenderung mengisi bagian-bagian yang kosong yang terdapat diantara butir-butirnya sehingga tanah mejadi padat dan kompak.

e.       Water Tank Truck (1 unit)
Merek mitsubishi dengan kapasitas lebih kurang 5000 liter air. Water Tank Truck berfungsi atau bekerja sebagai alat penyiraman berupa air pada pekerjaan lapisan pondasi bawah, lapisan pondasi atas dan laston

·         Volume Pekerjaan Bahu Jalan ( LPB)
Tebal gembur   LPA    = 18 cm           = 0,18 m         
Tebal rencana  LPA    = 15 cm           = 0,15 m
Lebar bahu jalan          = 2,5 m x 2      = 5 m
Panjang jalan               = 5.057 m
Maka,
V         = P x L x T
= 5.057 m x 5 m x 0,15 m
                        = 3.793 m³

Volume gembur untuk tiap 1 m badan jalan               = 1 m x 0.18 m x 5 m                                                                                                  = 0,9
Volume gembur untuk tiap 300 m badan jalan           = 300 m x 0.18 m x 5 m                                                                                              = 270
Volume gembur keseluruhan untuk badan jalan         = 5057 m x 0.18 m x 5 m                                                                                            = 4551
Volume rencana untuk tiap 1 m badan jalan               = 1 m x 0.15 m x 5 m                                                                                                  = 0,75
Volume rencana untuk tiap 300 m badan jalan           = 300 m x 0.15 m x 5 m                                                                                              = 225
Volume rencana keseluruhan untuk badan jalan         = 5057 m x 0.15 m x 5 m                                                                                            = 3793
Jadi volume material agregat A untuk badan jalan dalam keadaan gembur yang di butuhkan untuk LPA sepanjang 5,057 Km adalah 4551 m³. Sedangkan volume rencana material agregat kelas A untuk badan jalan sepanjang 5,057 Km adalah 3.793

·         Material Kontruksi
Material yang dipergunakan untuk perkerasan lapis pondasi bawah adalah agregat kelas B, yang diangkut langsung dari quarry PT Hananan Prakasa yang terletak pada jarak 64,3 km dari lokasi proyek. Tebal lapisan pondasi atas (rencana) untuk bahu dan badan jalan adalah 15 cm .

·         Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pelebaran perkerasan lapis pondasi atas sebanyak 18 orang. Diantaranya sebagai berikut :
a.       Surveyor (1 orang)
b.      Pihak Konsultan Supervisi (1 orang)
c.       Pekerja (4 orang)
d.      Operator motor grader (2 orang)
e.       Operator vibratory compactor roller (2 orang)
f.       Supir (8 orang)

·         Metode Pelaksanaan
a.    Badan jalan harus selesai dihamparkan lapis pondasi agregat kelas B dengan ketebalan sesuai dengan rencana serta dipadatkan dengan CBR 100%.
b.    Setelah lapis pondasi agregat kelas B telah mencapai kepadatan yang diizinkan, baru dihamparkan lapis pondasi agregat kelas A dengan ketebalan 18 cm.
c.    penghamparan material dilakukan lapis demi lapis dengan hitungan maju mundur menggunakan Motor Grader yang diatur sesuaidengan bladenya2,5 m ,proses penghamparan ini dilakukan hingga membentuk badan jalan supaya jalan tersebur berjalan dengan lancer.
d.   Setelah dipadatkan kemudian dilakukan penyiraman denganmenggunakan water tank truck,supaya semua lapisan akan saling mengisi dan menjadi lebih padat.
e.    Setelah penyiraman selesai,kemudian dipadatkan menggunakan  Vibratory roller.

·         Quality Control
            Setelah pemadatan Lapisan Pondasi Atas selesai dilakukan, Kemudian tahap selanjutnya di lakukan pengujian Sand Cone. Untuk mencapai nilai kepadatan CBR 100% yang dilakukan dengan cara menentukan isi tabung pasir, menentukan berat isi pasir, menentukan berat pasir dalam corong dan menetukan berat isi tanah.
            Apabila setelah dikalkulasikan kepadatan yang didapat tidak mencapai 100% maka harus dilakukan pemadatan ulang beserta penyiraman.

3.7              Pekerjaan Yang Tidak Dilaksanakan Pada Jadwal PKL
Berdasarkan Time Schedule yang diberikan pelaksana proyek kepada penulis dan juga dengan penatuan penulis terhadap pelaksanaan pekerjaan di lapangan, ada beberapa item pekerjaan yang tidak dilaksanakan oleh pelaksana tepat pada waktu yang tertera pada TS dan harus di tangguhkan waktunya pekerjaanya. Diantaranya adalah devisi :
·         Perkerasan Aspal
·         Struktur
·         Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor
3.7.1        Perkerasan Aspal
Berdasarkan pengamatan penulis tidak ada satupun item pekerjaan yang masuk ke devisi aspal yang dilaksanakan/dikerjakan. Tidak dilaksanakannya perkerasan aspal ini disebabkan karena pelaksanakan ingin melakukannya secara sekaligus tanpa terhambat oleh pekerjaan pelebaran dan perkerasan berbutir.

3.7.2        Struktur
Untuk devisi pekerjaan struktur selama jadwal PKL penulis tidak ada yang dilaksanakan. Ini disebabkan terbatasnya tenaga kerja untuk bidang struktur, karena menurut pengamatan penulis tidak ada satu pun pekerja untuk bagian struktur yang berada dilapangan pada masa penulis PKL.

3.7.3        Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor
Sedangkan untuk devisi pengembalian kondisi dan pekerjaan minor berdasarkan time schedule belum waktu untuk dilaksanakan. Karena pada biasanya pekerjaan ini dilaksanakan ketika proyek hampir selesai. Pekerjaan ini adalah berupa pemasangan lampu penerangan pada jalan, pemasangan marka jalan, penanaman pohon, dll.
BAB IV
MASALAH YANG TIMBUL DALAM PELAKSANAAN PROYEK

4.1       Permasalahan
            Permasalahan yang timbul di lapangan sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan kinerja proyek. Masalah yang timbul pada Proyek Peningkatan dan Pelebaran Struktur Jalan Beureunuen – Batas Aceh Utara adalah peralatan.

4.1.1    Peralatan
            Peralatan ataupun alat-alat berat yang digunakan yang digunakan dalam pelaksanaan proyek sangat berpengaruh terhdapap kelancaran suatu proyek. Hampi disetiap item pekerjaan pada proyek ini hampir seluruhnya didominasi oleh berat dibandingkan dengan pekerja kasar. Oleh karena itu yang menjadi permasalahan yang bersangkutan dengan alat berat menurut penulis adalah kurangya excavator yang disebabkan oleh kerusakan/putus pada bagian rantai excavator sehingga menggangu produktivitas alat berat itu sendiri.

4.2       Pemecahan Masalah
            Untuk peningkatan produktivitas dan kinerja proyek maka dilakukan konsultasi terhadap pihak – pihak terkait dan mencari solusi sehingga dalam pelaksanaan proyek tidak terjadi keterlambatan progres dan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapakan.

4.2.1    Peralatan
            Peralatan/alat berat merupakan penunjang bagi seluruh proyek. Keberadaan alat berat dalam kondisi baik/normal akan sangat mendukung kelancaran proyek. Jadi, sangat diharapkan kesiapan alat – alat dalam kondisi baik untuk menunjang kelancaran pekerjaan. Teknisi dan mekanik yang handal juga harus dipersiapkan oleh pelaksana agar jika sewaktu – waktu terjadinya kerusakan pada alat berat dapat langsung harus ditangani tanpa menghabiskan banyak waktu.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

            Dalam pelaksanaan proyek Peningkatan dan Pelebaran Struktur Jalan Beureunuen – Batas Aceh Utara selama 6 minggu merupakan masa yang sangat bermanfaat bagi penulis karena dapat melihat dan mengamati secara langsung bagaimana pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
            Berdasarkan proyek yang diikuti, dapat diambil beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan serta keterangan yang diberikan oleh pihak – pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek ini.

5.1       Simpulan
            Dalam pelaksanaan proyek Peningkatan dan Pelebaran Struktur Jalan Beureunuen – Batas Aceh Utara terdapat beberapa permasalahan diantaranya masalah excavator yang rusak sehingga menghambat pekerjaan penggalian dan kurangya pemadatan di beberapa titik sehingga harus dipadatkan ulang.

5.2       Saran
            Adapun saran – saran yang dapat penulis berikan sesuai dengan pengamatan selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada proyek Peningkatan dan Pelebaran Struktur Jalan Beureunuen – Batas Aceh Utara adalah sebagai berikut :
a.       Perlu adanya pengawasan yang lebih rutin kepada pelaksana yang dilakukan oleh konsultan pengawas untu meminimalisir akan terjadinya penyimpangan kerja.
b.      Kondisi peralatan atau alat berat harus selalu dicek / diperiksa secara berkala oleh teknisi dengan tujuan agar alat tersebut selalu dalam kondisi normal dan jika ada terjadi kerusakan terhadap komponen/bagian alat berat harus dilakukan sesegera mungkin agar tidak terjadi pembengkakan waktu kerja. 


No comments:

Post a Comment